Bicara soal isekai, tidak lengkap apabila kita tidak membahas trope yang mulai menjamur akhir-akhir ini. Trope yang dimaksud adalah karakter utama perempuan yang terjebak di eroge yang pernah dimainkannya sebagai karakter antagonis. Higeki no Genkyou to Naru Saikyou Gedou Last Boss Joou wa Tami no Tame ni Tsukushimasu atau bisa kita singkat Last Boss Joou merupakan salah satu yang menggunakan alur seperti itu.
Bercerita tentang Pride Royal Ivy, anime menampilkan formula yang tidak asing bagi penggemar isekai zaman sekarang. Pride merupakan karakter last boss sebagai antagonis yang harus dikalahkan dalam game untuk menghentikan perbuatan jahatnya. Karakter utama dalam anime ini adalah pemain yang pernah memainkan eroge dan bertekad untuk menghindari dirinya muncul sebagai karakter jahat.
Anime ini dikerjakan oleh OLM Team Yoshioka dan merupakan adaptasi novel ringan karangan Tenichi dan Suzunozuke. Anime ini juga memiliki nama lain dalam bahasa Inggris yaitu The Most Heretical Last Boss Queen: From Villainess to Savior.
Jika kalian masih ingat, cerita semacam ini sudah pernah dimunculkan dalam anime seperti Hamefura atau Akuyaku Reijou nanode Last Boss wo Kattemimashita. Meski formula yang digunakan sama, tetap ada saja perbedaan yang mencolok di antara ketiga judul ini.
Untuk lebih jelasnya, mari kita simak ulasan berikut.
Perbedaan dari Seri Akuyaku Reijou Lain
Telah disebutkan sebelumnya kalau anime ini punya modal cerita yang sama dengan beberapa judul di atas. Meski demikian, perbedaan tetap muncul karena kalau tidak maka karya itu bisa disebut plagiat.
Perbedaan paling mencolok adalah Pride sebagai karakter utama tidak fokus menaklukan cowok-cowok ganteng dalam dunia game yang sudah menjadi kenyataannya. Ia lebih fokus membangun reputasi agar tidak menjadi karakter last boss menakutkan seperti dalam gamenya.
Walau begitu, tetap saja kita disajikan beberapa karakter laki-laki yang nempel seperti magnet setelah kesesem dengan Pride. Ini berbeda dengan Hamefura yang lebih fokus harus menaklukan pria A, pria B, dan seterusnya.
Selain itu Pride bukanlah karakter yang ponkotsu seperti yang ditampilkan dua judul lainnya. Pride masih punya rencana yang dibilang cerdik dan logis meski itu bukan sesuatu yang rumit.
Apa Bisa Dibandingkan Mana Yang Lebih Baik?
Karena perbandingannya apel dengan apel, maka kita bisa menilai mana di antara serial ini yang lebih baik. Saya sering menyebut ketika membandingkan serial Akuyaku Reijou lain kalau Hamefura menang start yang lebih awal sehingga orang sudah kepicut dengan ide yang masih fresh waktu itu.
Jika dibandingkan, Last Boss Joou punya beberapa keunggulan yang tidak dimiliki serial lainnya. Itu adalah kekuatan spesial yang dimiliki setiap karakter. Terutama Pride, penekanan role dia sebagai last boss benar-benar dibuktikan lewat kehebatannya di berbagai bidang. Ini membuka banyak sekali peluang cerita lewat kemampuan tiap karakter.
Kalian tidak akan mendapat yang namanya alur romansa seperti serial Akuyaku Reijou lain. Pride dan kolega lebih fokus membangun dengan kebijakan politik untuk menciptakan negeri yang lebih baik. Serial Akuyaku Reijou lain lebih mementingkan keselamatan heroine sendiri sehingga hal-hal seperti ini jarang ditekankan meski karakter yang digunakan berpotensi untuk melakukan hal yang sama.
Jadi, soal yang lebih baik silakan kalian bisa menilai masing-masing.
Baca juga: [Review] Okashi na Tensei
Didominasi Sifat Naif Tinggi
Awal-awal Pride bertindak naif untuk menyelamatkan siapa pun yang bisa ia selamatkan saya bisa mengapresiasinya. Maklum, waktu episode-episode awal cara yang digunakan Pride masih dalam batas kewajaran.
Lama-kelamaan saya mulai gerah dengan sikap naif Pride. Sikap naif memang selalu mengundang kegelisahan bagi orang yang menuntun alur disajikan secara logis. Meski semuanya masih dalam range “bisa diselamatkan” tetapi kalau dosisnya terlalu over bisa-bisa mual juga penonton dibuatnya. Inilah mengapa saya tidak bisa juga membuat sebuah penilaian tinggi terhadap anime ini.
Satu hal yang pasti, karakter-karakter utama yang ditampilkan dalam anime ini umumnya masih di usia bocah. Baik Pride, Stale, dan Arthur, semuanya bertindak bak super hero meski usianya masih belia. Kegemilangan mereka membuat karakter utama sebenarnya dalam game ini, Tiara tenggelam dalam role karakter hore alias cuma jadi penonton saja di cerita ini.
Verdict: It Still Has Room For Development/10
Masih banyak ruang untuk berkembang mengingat sampai akhir karakter-karakter utama dalam anime ini masih bisa dikatakan seusia anak SD atau SMP. Saya penasaran apakah sifat antagonis Pride akan bangkit suatu hari? Apakah Tiara bisa menjadi karakter penting di kemudian hari? Semuanya tergantung apabila anime ini mendapat musim kedua.
Sekian ulasan kali ini. Apakah anime ini menarik untukmu?