‘ABSTRAK’
Dalam mengulas sebuah anime, penulis akan mengulasnya dari aspek visual (grafis dan animasi), audio, plot, dan penokohan. Nah, dari empat hal tersebut akan dinilai secara keseluruhan akan jatuh di kategori mana. Penulis memiliki lima kategori, dari terbaik ke terburuk: (1) luar biasa; (2) bagus; (3) ok/fine; (4) kurang ok; (5) waduh, tergantung orangnya. Selain itu akan ada tambahan/catatan/pengecualian tertentu terkait preferensi tiap orang, misal… meski anime A adalah romance dan sangat bagus di kategori romance, tapi sebagus apapun, mereka yang tidak memiliki preferensi romance mungkin tidak/tertarik/suka. “Makeine” jatuh di kategori bagus, dengan catatan: tidak masalah dengan pendekatan subversif (berlawanan), karena meski ini romcom dengan MC dikelilingi cewek, tidak ada adegan cinta segi banyak antara MC dengan para heroinenya, setidaknya sampai episode 12nya. Pendekatan makeine relatif segar, dengan eksekusi dan dialog bagus, tapi pendekatan segar ini mungkin kurang cocok untuk beberapa orang.
PENDAHULUAN
Anime ini menceritakan dinamika dari para Heroine cakep-cakep dengan segala keunikannya, yang ditolak cintanya oleh cowo yang mereka sukai. Lalu entah kenapa akhirnya cewe-cewe ini terlibat dinamika ala romcom dengan MC kita, Nukumizu. Secara blak-blakan, mungkin MC anime mirip badut yang menghibur cewe-cewe tertolak. Tapi bedanya, ya, MCnya tidak… atau belum(?) menaruh perasaan suka/cinta ke tokoh-tokoh cewenya. Oleh sebab itu, meski kesannya kayak badut, tapi engga seperti badut yang cinta yang biasa ditemui di dunia nyata, berharap jadian sama perempuan yang disuka, padahal hanya pelampiasan.
ISI
Visual dan Produksi
Secara visual, Makeine menampilkan kualitas produksi yang relatif tinggi. Detail dalam animasi terutama terlihat dalam gerakan halus pada karakter dan penggunaan teknik pencahayaan yang memperkuat atmosfer. Pemilihan sudut pengambilan gambar tidak membosankan, sangat menarik dan kadang ambigu, biasanya untuk fan service. Bahkan, pada adegan fan service seperti ‘boba’ yang bergondal-gandul, ada staff produksinya sendiri.
A-1 Pictures berhasil menciptakan dunia yang terasa nyata. Ini dapat dilihat dari penggambaran latar sekolah yang sedikit usang, menunjukkan kalau waktu di anime ini berjalan laksana di dunia asli. Ada yang bilang juga, ini karena latar sekolah pada anime ini mengambil inspirasi dari sekolah betulan, tepatnya SMA Jishukan Aichi. Namun, penulis tidak mendalami informasi ini, jadi jangan ditelan mentah-mentah, ya.
Jika itu benar, mungkin itu alasan kenapa latar tempat pada anime ini bukan seperti sebuah set up untuk syuting dalam ruangan biasa. Ini juga cukup memiliki kesan yang selaras dengan karakter-karakter yang penuh kekurangan dan hubungan mereka yang rumit. Walaupun tidak ada inovasi visual yang sangat menonjol, namun perhatian pada detail dan atmosfer menunjukkan tim produksi benar-benar berdedikasi untuk menjaga kualitas visual yang konsisten. Untuk visual pokoknya bagus, deh.
Audio dan Musik
OP
Musik dalam Makeine cukup mendukung adegan, meski tidak terlalu mencolok. Original Soundtrack (OST) yang digunakan memberikan kesan melankolis. Suara karakter yang natural berhasil menghidupkan dialog sehari-hari. Sudah ok untuk menghidupkan suasana meski tidak ada elemen musik yang benar-benar meninggalkan kesan kuat atau menciptakan perbedaan besar dari seri-seri romcom sejenis. Tapi untuk OP dan EDnya, di sini dimana aspek musiknya bersinar. Karena tiga heroine utama pada season ini, dapat ED masing-masing. Baik ED dan OP, banger. Audionya isoke, musik (OP-ED) bagus.
Salah satu ED. Kombinasi 2D dengan latar 3Dnya mantap
Penokohan
MC, Yanami, Lemon, Komari. Mereka adalah karakter sentral selama anime berlangsung.
MC, cowo, dalam Makeine, sekilas terlihat seperti karakter self-insert tipikal romcom—seorang penyendiri yang temannya hampir 0 namun entah kenapa dikelilingi cewe-cewe cakep. Laksana tujuh keajaiban dunia. Sedangkan karakter perempuan dalam seri ini masih mengandalkan trope umum. Ada Yanami, gadis ceria tukang makan; gadis ceria super extrovert, Lemon; Komarin, gadis pemalu.
Meski menggunakan trope umum, penulisan kepribadian mereka berlapis, sehingga menghindarkan mereka dari stereotip tadi. Ini ada hubungannya dengan pengembangan mereka. Interaksi mereka juga mengalir, dengan dinamika yang terkadang lucu dan terkadang mengsedih. Karakter sampingannya pun tidak seperti NPC, mereka seperti punya kisah dan pemikiran sendiri. Misalnya, ketua ekskul sastra, dia digambarkan suka nulis cerita (novel kalau tidak salah), dan suka hal-hal nakal, nganu, dan di highlight beberapa kali soal cerita dia.
Pengembangan karakternya juga relatif bagus. MC yang sebelumnya hanya sendirian, tapi perlahan mulai dikelilingi teman-teman. Chara heroinenya pun bagus, Komarin yang sebelumnya malu-malu mulai lebih terbuka. Lemon yang sebelumnya hanya kelihatan ceria, tapi berkembang menjadi lebih filusf. Mungkin hanya Yanami, cewe rambut biru yang pengembangannya susa dideskripsikan berasa, tapi penulisan dia bagus tetap. Memang sebuah anomali. Untuk pengembangan karakter sampingan juga relatif bagus. Untuk penokohan, bagus.
Alur Cerita
Salah satu highlight. Bisa kita lihat, MC entah kenapa dikelilingi cewe cakep. Nanti hubungan MC dengan para cewe cewe cakep ini, kurang lebih segituan aja.
Di sisi cerita, Makeine ini unik. Meski mengusung trope MC cowok dikelilingi cewek, secara cerita seperti sengaja menghindari romansa eksplisit yang biasanya menjadi inti cerita harem. Untuk pacing ceritanya pun pas, tidak ada kesan buru-buru, atau terlalu lambat dan bikin ngantuk. Ini mungkin karena pendekatannya.
Makeine mengambil pendekatan subversif (berlawanan dari romcom biasa), dengan tidak ada kisah cinta mendalam atau pengembangan hubungan yang intens; sebaliknya, alur cerita lebih seperti kumpulan cerita pendek yang fokus pada kegagalan para karakter perempuan dalam mendekati tokoh utama. Pendekatan ini bisa menyegarkan bagi penonton yang bosan dengan trope romansa klasik, tetapi mungkin mengecewakan bagi mereka yang mencari perkembangan hubungan atau drama cinta segi-banyak antar heroine untuk memperebutkan MC.
Satu masalah ada di sini, karena makeine mengambil jalur subversif (pendekatan berlawanan) untuk cerita romcom, dimana jalan cerita atau progress ceritanya hampir bergantung pada MC. Jadi, ketika eksekusinya jelek, ada kemungkinan kalian tidak suka. Bisa dibilang, jalannya alur betulan terkeri eksekusi penulisan dari sudut pandang si MC. Sejauh ini, alurnya bagus. Eksekusinya pas.
KESIMPULAN
Secara keseluruhan, Makeine mungkin lebih cocok untuk penonton yang menghargai elemen subversife (pendekatan berlawanan) dalam cerita romcom. Namun, bagi penggemar romansa yang mencari hubungan romansa antar karakter sampai ke tahap malu-malu karena saling suka atau banyak skinship dengan perkembangan emosi mendalam, Makeine mungkin tidak cocok untuk kalian.
Satu hal terakhir, ending anime ini original. Ada kemungkinan tidak ada sequel… jadi kalau kalian mempertimbangkan hal itu untuk menonton sebuah anime, mungkin anime ini tidak cocok jadinya.