Hai dan Halo!
Seperti biasa, sebelum lebih jauh lagi mari kita menyimak SS template di bawah ini:
Suki na Ko ga Megane wo Wasureta
“Pas kecil nonton orang gede pacaran, pas gede nonton kartun pacaran”
-Kesan pertama nonton ini anime
“Through the act of viewing programming of this nature, exclusively within the specified age demographic, which presents a contrasting portrayal of existence in comparison to our own, it serves to fortify the perception of the lamentable nature of the life characteristic of our particular circumstances.”
Equinox, 2023
Jika sebelumnya kita sudah membahas anime Shisekubo, yang mana sudah penuh gula dan juga sangat cerah dan ceria, kita juga ada anime sejenis yang penuh gula. Namun, daripada remaja di rentang umur SMA/sederajat, kini kita memiliki kisah gula dari bocah setingkat SMP. Bisa dibilang plot utama dari ini anime sangat absurd dan kemungkinan terjadi di dunia nyata sangat kecil.
Bagaimana mungkin? mari lanjut membaca. Tapi tentu ada…
TLDR: Secara keseluruhan, anime ini jatuh di kategori, “Direkomendasikan”, dengan catatan memang suka slice of life dan/atau ingin mencari pelepas penat lewat anime sederhana dan visual memanjakan (opsional nih nanti), serta mau coba-coba. Ok. Lanjut~
Kita mulai dari premis anime ini, premis anime ini sangat sederhana, dan mungkin unik bagi beberapa orang, absurd bagi yang lainnya. Berkisah tentang MC kita yang bernama Komura Kaede dan heroine yang bernama Mie Ai. Judulnya benar-benar literal dan bukan kiasan. Premisnya berputar di Mie yang hampir selalu melupakan kacamatanya kemanapun dia keluar rumah dan disana selalu ada Komura yang selalu membantu. Sebuah premis yang unik untuk menggambarkan kisah romcom bocah SMP.
Tapi mungkin bagi beberapa orang absurd dan tidak realistis, tapi itu isoke… memang yang beginian ranahnya sudah subjektif. Tugas orang yang mencoba menjadi reviewer hanya memberikan sudut pandangnya seobjektif mungkin buat audiens, yekan.
Nah. Lanjut, setelah mengetahui premis awal anime ini. Seperti SS di awal, kita akan lanjut membahas tentang visualnya.
VISUAL – Visual dari anime ini pada episode satunya sangat-sangat bagus, animasinya sangat dinamis, angle kameranya juga tidak monoton karena berani menangkap dari angle-angle sulit, latarnya juga digambar sangat detail dan jarang ada frame flat dengan wajah karakternya saja. Sayangnya kewahan itu hanya di episode 1. Untungnya, di episode seterusnya meski tidak sewah episode satu, visual dan animasinya masih bagus dan konsisten.
Secara keseluruhan visualnya bagus, penulis sangat puas akan kualitas visual di anime ini, episode satunya hampir mendekati kualitas Violet Evergarden. Episode selanjutnya pun tidak bisa dikatakan standar lagi, melainkan bagus,
Ini di episode 1 awal-awal disorot si MC jalan ke kelas, dari angle bawah. Penulis pribadi suka, tapi mungkin ada yg tidak suka/pusing dengan angle dan shot kamera seperti itu, ada baiknya cek trailernya dulu.
Tapi ———- Bagi beberapa orang mungkin angle kamera yang dinamis ini bisa memberikan motion sickness. Kalau penulis pribadi suka yang begini, sangat fresh daripada angle yang biasa aja – dari depan, samping, ¾, close up, atau shot dari jauh. Hal kedua, mungkin beberapa orang dengan mata jeli akan sadar kalau latarnya itu pake CGI statik jadi merasa penggunaan 3D CGI untuk lingkungan dengan karakter 2Dnya kurang nempel.
Pandangan dari penulis yang ga masalah akan hal itu, karena meski CGInya masih kelihatan tapi itu tipis banget kelihatannya – mungkin ada yang ga sadar – sehingga dapat dikompensasi karena hal dinamis seperti aktivitas manusia berjalan, mobil, bahkan awan itu benar-benar bergerak. Tap keseluruhan untuk hal ini, silahkan tentukan sendiri.
Bisa dilihat di trailer di atas, ya selengkapnya. Itu gambaran visual di episode 1. Untuk selanjutnya tidak sewah itu, tapi masih cakep dilihat.
AUDIO – Kita mulai dari background music (BGM), dimana disini BGMnya berhasil mendukung suasana yang ada di anime ini. Bisa dikatakan bagus dan sudah cukup, meski tidak semegah bagaimana visualnya.
Lalu untuk lagu openingnya memiliki judul “Name” oleh Tsuzur yang mana cocok banget untuk keseluruhan premis awal ini anime, tidak terlalu semangat pun tidak terlalu kalem, susah mencari kata yang menggambarkan… tapi bisa dikatakan semangat masa muda, pokoknya sih bisa bikin suasana pas banget.
Nah, untuk EDnya dibawakan Masayoshi Ōishi, tidak hanya dia, melainkan juga ditambah langsung oleh voice actor MC dan heroine anime ini, Komura Kaede (VA: Masahiro Itō), dan Mie Ai (VA: Shion Wakayama). EDnya juga sama seperti OPnya, tidak terlalu semangat dan tidak terlalu kalem, secukupnya dan santai. Tapi baik OP dan EDnya yang meski bagi penulis tidak banger, tapi sudah sesuai dan sangat memberikan gambaran akan apa yang ditawarkan ini anime.
Terakhir untuk VAnya, menurut penulis cukup fresh. Satu suara yang sudah familier dari VA heroine ini anime, Mie, yaitu Shion Wakayama yang pernah menyuarakan tokoh dari anime yang cukup populer seperti Destiny (Takt. OP Destiny), Takina (Lycoreco), dan Yume Minami (SSSS. Dynazenon). Untuk kualitas acting VA tidak usah ditanya sih, bagus banget, sebagaimana yang bisa diekspektasikan dari seiyuu Japanese terhadap anime-anime.
PENOKOHAN – Nah, Disini yang agak rumit. MC kita, Komura itu bocah polos yang lagi berbunga-bunga, kadang juga insecure. Tingkah dia buat selalu membantu Mie itu memang adorable, tapi kadang gatal juga karena masalah yang seharusnya bisa selesai dengan 1 2 kata malah jadi lama karena dia kebanyakan malu-malu.
Tapi ini romcom ingat. Ini opsional, meski dia polos, tapi kadang tingkahnya ngilani atau kasarnya sih menjijikkan, tapi ini udah disebut sendiri sama animenya… yah, anak jaman sekarang memang gokil.
Kalau Mienya sih dikarakterkan sebagai seseorang yang polos dan innocent bahkan tidak peka, kadang juga kikuk. Tapi itu merupakan salah satu resep generik anime romcom yang sejauh ini masih enak, ehe.
Cuma 1 yang bisa disorot banget, sifat pelupanya itu insanely absurd. Bahkan dia min berapa itu, udah jarak 1 Cm masih tidak terlihat juga objek, dan dia selalu lupa kacamatanya. Tapi ok, itu judulnya, jadi ya mau gimana lagi.
Untuk penokohan karakter lain sih, belum banyak yang tersorot. Sejauh ini yang paling tersorot yakni Azuma. Si coolbetnya ini anime. MC kita selalu merasa inferior di hadapan dia, padahal Azuma ini suportif ke hubungan mereka berdua. Sisanya sih hanya NPC biasa karena memang ini cerita benar-benar fokus ke MC dan heroine kita.
3 FAKTOR TADI + PLOT – Nah. Kita sampai di sini, pada akhirnya ini adalah anime romcom generik yang meski sudah generik, kita tetap suka… tidak sebanyak dan semembosankan isekai. Sebagai perbandingan anime school + romcom lain:
Satu: Takagi-san, premis romcomnya ada di Takagi yang suka jahil ke MC dan MC yang ga peka sehingga memicu berbagai interaksi cute.
Dua: Tenshi-sama, premis romcomnya ada di MC yang insecure parah dimana dia aslinya suka sama heroine, dan heroine juga… tapi keduanya sama-sama malu, lebih parahnya si MC insecure, kan. Tapi interaksi sepanjang perjalanan adalah hal gulanya.
Disini untuk memicu hal cute dan gula tadi gimana? yak… unik, yakni heroine kikuk dan polos yang entah kenapa kacamatanya jadi tiket interaksi gula dengan MCkita, bagaimana bisa selalu lupa sama kacamatanya dia itu, hadeh.
Yah, dari hal unik itu sih cerita akan berkembang. Sejauh hingga episode 3, tidak ada hal yang benar-benar out of the box. Tapi itu tidak masalah, ini adalah anime slice of life + romcom, untuk kita melepas penat tanpa perlu dibebani lore rumit. Hanya interaksi dua bocah SMP yang polos dan awkward.
Kesimpulan
Nah, jika mencari anime lain yang penuh gula, maka ini sangat direkomendasikan, loh. Premisnya simpel dan unik, mungkin maksa juga bagi sebagian orang… karena premisnya itu interaksi dua bocah SMP yang sama-sama awkward, dimana heroinenya selalu lupa kacamatanya.
Untuk visualnya sangat bagus dan fresh. Meski ada CGI, tapi itu sudah nyampur dengan baik sekalipun kita masih sadar. Tapi CGI hanya untuk latar statik, awan, orang-orang berjalan, bahkan mobil dibuat dinamis. Angle kameranya unik, tapi berpotensi memicu motion sickness bagi sebagian penonton… jadi sebagai sampel disarankan lihat openingnya aja, itu menggambarkan beberapa pengambilan anglenya.
Pada akhirnya kita sampai di kesimpulan, anime ini jatuh di kategori:
“Direkomendasikan”
Dengan catatan:
- Memang mencari pelepas penat
- Sudah biasa nonton slice of life, karena
- Bisa dibilang ini repetitive dan biasa saja pacenya serta tidak ada hal baru yang dibawa ini anime/sourcenya, hanya potongan kehidupan tapi lebih indah tentanng interaksi lucu dua bocah SMP.
Jadi, yah, kalau masih on-fire dan demen anime action atau shonen dengan fight dan lore banyak, nih biasanya, mungkin nonton anime seperti ini agak membosankan.
Yang punya riwayat motion sickness tolong hati-hati.