Halo! pada artikel ini, akan dilanjutkan pembahasan tentang ulasan ringkas anime non sequel untuk musim winter 2025. Benar-benar, musim ini banyak sekali anime dengan tema fantasi/isekai. Jujur penulis tidak sanggup menonton penuh setiap judul, jadi ulasan di sini juga diambil dari beberapa sumber di internet selain pandangan penulis pribadi. Jadi, langsung saja kita bahas beberapa judul yang ada.
A-Rank Party wo Ridatsu shita Ore wa, Moto Oshiego-tachi to Meikyuu Shinbu wo Mezasu
Anime ini hadir dalam formula klasik dalam genre fantasi dan/atau isekai. Premisnya berkisah tentang seorang protagonis yang meninggalkan kelompoknya akibat perlakuan buruk, hanya untuk menemukan jalan menuju kekuatan yang jauh lebih besar di luar sana.
Secara visual, penggambaran sihir di anime ini hadir dengan palet warna mencolok menjadi daya tarik tersendiri, meskipun secara keseluruhan tidak menawarkan sesuatu yang benar-benar menonjol. Dari sisi audio, baik musik latar maupun voice acting berjalan cukup standar tanpa ada momen yang benar-benar membekas.
Karakter utamanya juga standar protagonis fantasi dan/atau isekai. Untuk interaksi antar karakter masih mengikuti pola harem yang sering dijumpai di anime sejenis. Alur cerita mengalir dengan baik bagi mereka yang menikmati perpaduan aksi, komedi, dan sedikit nuansa kelam, meski bagi sebagian penonton, eksekusinya terasa terlalu generik dan mudah ditebak.
Anime ini rencananya akan memiliki 2 cour, tapi menurut banyak orang, adapatasi anime ini banyak men-skip sumbernya. Ada beberapa scene seru dan/atau brutal yang kena skip. Seperti misal, ada chara ‘bitch’ kena rudapaksa orc.
Zenshuu
Zenshuu ini berkisah tentang seorang animator ke dalam dunia anime, di mana ia memiliki kemampuan untuk mengubah alur cerita hanya dengan menggambar. Secara visual, warna-warna mencolok dan animasi yang dinamis menjadi daya tarik utama, mungkin wajar karena anime ini digarap oleh MAPPA.
Namun, meski visualnya bagus, dari segi alurnya mungkin bisa dibilang kurang. Alurnya lebih bersifat episodik dengan format “monster of the week”, yang bagi sebagian penonton bisa terasa repetitif. Karakter utama memiliki daya tarik tersendiri dengan sikap santai dan sedikit sarkastik, tetapi untuk karakter lain memiliki pengembangan yang terasa dangkal dan kurang menggugah emosi.
Dari segi audio, musiknya memang selaras dengan atmosfer cerita, tetapi tidak cukup kuat untuk benar-benar meninggalkan kesan. Zenshuu bisa menjadi tontonan menarik bagi mereka yang menyukai konsep eksperimental dan visual mencolok, atau yang bosan dengan banyaknya isekai-fantasi dengan premis yang sama.
Guild no Uketsukejou desu ga, Zangyou wa Iya nanode Boss wo Solo Toubatsu Shiyou to Omoimasu
Untuk sebuah anime fantasi, premis yang diangkat cukup menarik karena ceritanya disini tentang resepsiois guild yang benci lembur. Ia lembur karena para petualang selalu kesusahan menamatkan bos lantai dungeon. Jadi si MC kita ni langsung hajar bosnya sendiri. Premis seperti ini mungkin menawarkan nuansa komedi yang bisa terasa relevan bagi mereka yang akrab dengan realitas dunia kerja.
Secara visual, desain karakternya cukup menarik, meskipun animasinya tidak terlalu mencolok, pun secara statis agak sedikit inkonsisten. Dari sisi audio, performa Rie Takahashi sebagai pengisi suara berhasil menghidupkan atmosfer ceria yang menjadi ciri khas anime ini. Sayangnya, alur cerita cukup formulaik tanpa banyak kejutan, sementara pengembangan karakter pendukung masih terasa standar. Jadi, yah, sebuah anime dengan premis yang menarik, tapi eksekusinya agak kurang. Lumayan untuk sekadar tontonan santai.
Class no Daikirai na Joshi to Kekkon suru Koto ni Natta
Mengusung premis klasik tentang perjodohan paksa antara dua individu yang awalnya saling membenci. Sedikit mengingatkan pada anime nisekoi. Ceritanya tentang, Akane sebagai karakter tsundere yang berlebihan dan Saito yang memiliki kepribadian relatif dinamis dibandingkan kebanyakan tokoh utama romcom, menurut orang-orang. Meski demikian, entah kenapa jalan hubungan mereka lambat, bahkan mungkin stagnan. Pun, komedinya pun masih dengan rumus sederhana yang mengandalkan slapstick (humor fisik, misal aksi konyol) atau salah paham.
Keberadaan karakter sampingan seperti sepupu eksentrik dan teman gyaru menambah variasi dalam dinamika cerita, tetapi tidak selalu memiliki peran signifikan. Secara visual, desain karakter mengikuti standar romcom tanpa banyak inovasi, dengan animasi yang cukup lincah. Yah, anime ini mungkin tetap menghibur bagi mereka yang menikmati trope klasik romcom.
Kuroiwa Medaka ni Watashi no Kawaii ga Tsuujinai
Menyajikan kisah romcom yang berpusat pada Mona, seorang gadis populer yang terobsesi dengan citranya, dan Medaka, satu-satunya pria yang tidak terpesona olehnya, anime ini menawarkan dinamika karakter yang cukup menghibur. Upaya Mona yang penuh trik untuk menarik perhatian Medaka menjadi elemen komedi utama, meskipun bagi sebagian penonton, karakternya bisa terasa satu dimensi. Bagi kita orang Indonesia, mungkin kasarnya menyebut, wanita murahan. Karena si Mona ini ekstrem banget demi dilirik si Medaka, MC, sampai hampir telanjang.
Komedi dari anime ini bertumpu pada skenario berulang dan ekspresi Mona yang mencoba imut dan/atau lucu, yang bisa dibilan menjadi kekuatan sekaligus kelemahan, tergantung pada preferensi penonton. Sayangnya, dari segi produksi, animasi terlihat minim dengan banyak adegan statis dan sudut kamera yang digunakan untuk menghemat pergerakan, mencerminkan keterbatasan anggaran. Namun, dari sisi audio, akting suara Mona menjadi salah satu aspek yang cukup menonjol dan berhasil membawa energinya ke dalam cerita.
Magic Maker: Isekai Mahou no Tsukurikata
Ini anime isekai yang berbeda dari kebanyakan isekai, di sini MCnya berusaha menciptakan sistem sihir dari nol di dunia yang belum mengenal konsep tersebut. Bayangkan, isekai tanpa sihir dan malah mau dibuat dari 0. Dalam alurnya, eksplorasi mekanisme sihir yang menyerupai metode ilmiah menjadi daya tarik utama, memberikan pengalaman yang sedikit berbeda dari isekai generik.
Karakter-karakternya cukup bervariasi dan interaksi mereka mampu menjaga dinamika cerita tetap menghibur, meskipun tidak ada yang benar-benar mendalam. Dari segi produksi, visual anime ini tergolong standar dengan animasi yang tidak selalu konsisten, sementara desainnya sendiri kurang mencolok. Pacing cerita cenderung lambat, yang bisa terasa menarik bagi mereka yang menikmati eksplorasi dunia dan sistem, tetapi juga berisiko menjadi membosankan bagi yang menginginkan aksi cepat.
Meski premis dan eksekusinya relatif bagus, ada beberapa elemen yang mungkin tidak sesuai dengan selera semua penonton. Anime ini cocok bagi mereka yang menginginkan isekai dengan pendekatan berbasis eksplorasi dan sains dan tidak masalah dengan tempo lambat dan kualitas visual standar. Tidak cocok bagi yang gampang bosan, mencari aksi intens atau visual dan audio dengan kualitas tinggi.