Tidak semua anime yang tayang dalam musim tertentu selalu tampil bagus. Selalu ada saja yang tampil hancur-hancuran dikarenakan berbagai faktor. Terlepas dari faktor-faktor tersebut, anime yang dicap ampas masih saja menarik minat para penonton. Lantas, apa saja yang membuat orang masih betah menonton tontonan tak berkualitas tersebut? Mari kita bahas dalam artikel ini.
Kenali Dahulu Apa Itu Anime Ampas
Pertama-tama mari kita mencoba mengenali anime ampas yang dimaksud dalam artikel ini. Anime ampas biasanya anime yang disertai dengan ciri-ciri adaptasi yang buruk, baik dari segi cerita, maupun dari segi visual.
Kebanyakan anime ampas memiliki visual yang mencengangkan dalam artian yang negatif. Ini adalah gerbang utama bagi seseorang menyebut kalau anime itu ampas dalam sekali pandang.
Visual yang sering terlihat buruk dalam anime-anime ampas biasanya terletak pada animasinya. Animasi yang malas gerak, maupun salah gambar itu sering ditemukan dalam anime-anime tersebut. Contoh saja Classroom of the Elite Season 2 yang salah menganimasi pergerakan manusia saat lomba lari marathon.
Selain itu, desain karakter yang menohok dan tidak sesuai dengan sumber asli juga sering kali membuat orang langsung mencap anime itu ampas. Inilah yang terjadi ketika ENGI mengadaptasi Mobuseka dengan style yang bikin sakit mata.
Tidak lengkap juga kalau saya tidak menyebut anime My Sister, My Writer sebagai salah satu yang terburuk dalam mengaplikasikan gambar dalam bentuk animasi. Animasi seperti ini sukses membuat kreator orisinal mana pun menangis melihat perlakuan semena-mena atas karyanya yang diadaptasi.

Penggunaan 3D yang berlebihan juga membuat anime itu mendapat penilaian ampas. EX-Arm menjadi legenda setelah animasi 3Dnya viral.
Selain visual, penyampaian cerita yang buruk juga dapat membuat penilaian terhadap anime itu menjadi negatif. Qualidea Code punya visual yang menarik dan struktur pendukung audio yang mewah. Bahkan mereka memadukan 3 penulis ternama sekaligus dalam animenya. Namun, karena cerita yang dibawakan sangat hancur, maka anime ini dicap ampas bagi sebagian besar pecinta anime.
Di musim ini, ada Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha yang punya pembawaan cerita dengan pengaturan yang sangat buruk. Perpindahan scene kadang tidak disertai dengan transisi yang benar ditambah animasi yang seadanya. Beberapa penonton bahkan mengeluhkan karakternya yang menyebalkan untuk ditonton.

Sebenarnya kalau mau dikatakan ampas juga bisa datang dari penilaian pribadi masing-masing. Hanya saja, hampir selalu ada anime yang membuat orang-orang sepakat menilai tontonan itu adalah ampas.
Walau Ampas Tetap Ramai Penonton
Musim lalu ada anime yang terkenal bukan karena bagusnya, melainkan serunya orang meroasting karakter utamanya. Jika ingatanmu masih fresh, maka jawabanmu adalah tepat. Iya, itu adalah Isekai de Cheat Skill blablabla. Karena namanya kepanjangan kita gunakan akronimnya yaitu Iseleve.

Kalau bicara kualitas, pasti orang awam juga paham kalau animasi di anime ini sangatlah rendah. Contohnya saja, ketika karakter sedang berbicara, mereka lebih fokus ke sorotan rumput atau pohon. Begitu malasnya membuat mulut karakternya bergerak, apalagi kalau sudah di scene actionnya. Slide show, begitulah julukannya. Saking ampasnya, dikabarkan waktu yang berjalan bagi penontonnya akan ikut melambat sesuai dengan pacing animasi di anime ini.
Di sisi lain, ceritanya juga menohok abis. Kekuatan MC yang OP disertai rendah diri yang berlebihan membuat para penonton garuk-garuk kegatelan gak bisa gak ngomong soal ini. Dari sini apakah kalian sudah paham mengapa anime ampas masih tetap laku?
Kalau kalian yang datang dari JOI, pasti sudah dapat spoilernya secara gratis. Ya, rasa negatif yang sudah lama terpendam bagi sebagian penonton akhirnya bisa dilepas dengan lega.
Saya pernah bertanya-tanya mengapa ibu-ibu masih betah nonton sinetron beratus-ratus episode. Padahal ceritanya ya tarik ulur saja. Tokoh A nanti dijahatin sama tokoh B, itu terjadi berulang kali. Kalau sudah dirasa cukup, akhirnya dikasih jalan cerita happy, sampai ada plot twist terjadi. Misalnya anak tertukar, kecelakaan sampai amnesia, orang baru yang tiba-tiba ngaku jadi tokoh penting, dan seterusnya. Saking sering munculnya, saya sampai bingung kalau ini masih bisa dikatakan plot twist atau tidak.

Nah, akhirnya saya sekarang menemukan jawabannya. Gregetin dan ngeselin, itulah sebuah emosi yang bisa membuat orang betah untuk menonton serial ampas. Mulut kita menjadi lebih terasa bebas untuk mengatakan hal negatif yang tidak bisa kita katakan pada serial lain yang lebih baik.
Selain itu, ada hal lain seperti aktris cantik atau aktor ganteng bisa menjadi alasan menonton sebuah tontonan ampas. Kalau dalam anime, itu bisa jadi dalam bentuk waifu cantik atau husbu ganteng yang bisa membuatmu nempel dengan anime ampas.
Faktor eksternal juga mungkin berpengaruhi seperti beban hidup sudah berat, lingkungan kerja, dan keluarga mungkin membuat kita kesal tetapi tidak bisa kita keluarkan aura negatif itu. Solusinya ada pada anime-anime seperti ini. Ucapkan terima kasih kepada anime ampas yang bersedia menjadi samsak bulanan dalam review negatif anime.
Jadi, Apakah Menonton Anime Ampas Masih Tetap Layak?
Jawabannya ada di masing-masing penonton. Kalau kalian masih membutuhkan bahan celaan yang bisa menjadi korban keganasan mental kalian, maka hancurkanlah semua emosi negatif kalian itu dalam sekali menonton anime ampas. Poin plus jika kalian masokis dan suka menyiksa diri.
Di bawah anime ampas, ada level anime terkutuk. Nah, kalau yang itu kalian tonton, hati-hati! Bisa-bisa rusak itu jiwa kalian secara permanen. Anime terkutuk yang saya maksud contohnya Pupa dan kawan-kawannya.

Musim ini ada Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha yang menurut saya masuk dalam kategori ampas. Transisi yang gagal serta jalan cerita yang tidak mengenakan menjadi alasan saya mencap anime ini sebagai produk gagal. Review selengkapnya bisa kalian baca di JOI.
Sekian pembahasan kita kali ini, nantikan artikel Regnbue terbaru berikutnya!
*Artikel ini merupakan bagian dari trilogi yang dibuat penulis untuk anime Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha. Jika ada tautan yang belum bisa dibuka, harap bersabar dan datang kembali di kesempatan berikutnya*