‘ABSTRAK’
Dalam mengulas sebuah anime, penulis akan mengulasnya dari aspek visual (grafis dan animasi), audio, plot, dan penokohan. Nah, dari empat hal tersebut akan dinilai secara keseluruhan akan jatuh di kategori mana. Penulis memiliki enam kategori, dari terbaik ke terburuk: (1) Sangat direkomendasikan; (2) Bagus banget; (3) Bagus; (4) Ok (cukup/standar/isoke la buat dicoba); (5) Waduh, tergantung orangnya. Selain itu akan ada tambahan/catatan/pengecualian tertentu terkait preferensi tiap orang, misal… meski anime A adalah romance dan sangat bagus di kategori romance, tapi sebagus apapun, mereka yang tidak memiliki preferensi romance mungkin tidak/tertarik/suka. “Tsue to Tsurugi: Wistoria” jatuh di kategori BAGUS, dengan catatan: anime ini memiliki trope/premis relatif umum. Tentang MC yang diremehkan, tapi ternyata jago. Cukup umum, tidak banyak hal baru, tapi eksekusi/cara menceritakan premis umum itu yang bagus dan dapat dinikmati.
PENDAHULUAN
Tsue to Tsurugi Wistoria adalah anime yang membawa kita ke dunia sihir yang dikuasai oleh bakat dan kemampuan bawaan. Lalu ada MC kita, yang tidak punya bakat sihir, bahkan sihir. Nama MC kita Will Serfort. Dia digambarkan sebagai orang yang menolak untuk menyerah meskipun tidak memiliki sihir alami, semuanya demi mengejar orang yang dia suka, Elfaria. Sebuah premis yang cukup umum. Bisa dibilang mirip-mirip Danmachi, seperti Bell yang pengen kuat demi mencapai posisi Aiz. Bukan mirip kali, ya, persis malah.
ISI
Visual dan Animasi:
Bisa cek trailer di atas untuk sampel visual dan animasinya. Itu yang jadi thumbnail namanya Elfaria
Secara visual, Tsue to Tsurugi Wistoria berhasil menghadirkan dunia sihir yang kaya dan detail. Meski premisnya umum, kualitas visualnya tidak, relatif pada anime di musimnnya. Adegan pertarungan sihir, yang menjadi inti daya tariknya, disajikan dengan animasi yang menawan dan koreografi cukup bagus. Desain karakternya juga memiliki identitas kuat, dengan detail pada kostum dan simbol-simbol sihir yang merefleksikan keunikan setiap penyihir.
Namun, ada beberapa momen di mana animasi tampak kurang halus, terutama pada adegan non-pertarungan yang lebih lambat. Ini memberikan sedikit ketidakseimbangan dalam pengalaman visual, tetapi secara keseluruhan masih memadai dalam membangun dunia yang imersif.
Audio dan Musik:
Bagus. Soundtrack pada anime ini sudah bisa menghidupkan dan menemani momen-momen di berbagai adegan animenya, termasuk mengikuti kualitas visualnnya. Tapi, jika kalian menonton Soushou np Frieren, jangan berekseptasi musik latarnya semewah itu, ya. Soal seiyuu dan OP-EDnya, sudah pasti bagus juga. EDnya apalagi, cukup catchy karena beatnya enak.
Tapi memang bisa dibilang variasi dalam musik latarnya mungkin terasa kurang, dengan beberapa tema berulang yang terkadang terasa monoton. Tapi mungkin bagi pemirsa yang kurang sensitif soal ini, tidak akan menyadarinya. Jadi untuk audio dan musik, sudah mantap untuk keseluruhan.
Penokohan/Pengkarakteran:
Will Serfort adalah pusat dari anime ini, dan pengembangannya sebagai karakter utama cukup menarik meski sudah pasaran premisnya. Tapi sebenarnya Will ini pun bukan zero-zero banget, dia punya fisik yang ga ngotak kuatnya. Bisa dibilang dia ni kelihatan lemah dan dirundung karena berada di tempat yang salah aja. Kuat fisik dan gapunya sihir, tapi gabung di akademi sihir.
>Kok bisa? bisa dibilang ‘agak nepotisme’. Karena heroinenya gamau gabung akademi sihir kalau Will gak diajak.
Rambut merah: Shion; Rambut hijau: Wignall, rambut kuning, Lihanna; rambut biru: Julius; rambut orange: Collete; rambut (gatau aku wak itu warna apa), yang ada kucing itu MC kita.
Nah, untuk parakter pendukung seperti mentornya dan teman-teman seperjuangan (gambar di atas) juga menambah dinamika cerita. Penokohan mereka pun juga bisa dibilang cukup umum, “ada mereka yang memandang rendah MC”, tipikal songong atau sok. Tapi mereka mendapatkan pengembangan dari segi hubungan pada MC. Dan untuk tokoh bernama Collete, meski dekat sama MC… beliau lebih nampak sebagai heroine yang siap kalah.
Intinya, untuk penokohan karakternya cukup standar, tapi eksekusi dan dinamika dalam pengembangan mereka bagus. Meskipun beberapa dari mereka masih kurang dikembangkan, tapi keseluruhan sudah bagus, terutama si merah, hijau, dan biru.
Alur Cerita:
Alur cerita di Tsue to Tsurugi Wistoria cenderung mengikuti pola khas shounen tentang perjuangan seorang underdog, namun dengan eksekusi yang cukup solid, alias bagus. Laju/pace ceritanya bagus, meski beberapa bagian terkesan terburu-buru, tapi insignifikan untuk disebut gangguan besar.
Narasi seputar tekad melawan bakat menjadi tema sentral yang terus berulang. Walaupun jalannya alur relatif bisa ditebak, tapi dengan cara cerita ini disampaikan yang didukung dengan visual yang bagus tetap membuat anime ini bisa mempertahankan ketegangan melalui tantangan-tantangan yang dihadapi oleh Will.
PENUTUP
Kesimpulan:
Tsue to Tsurugi: Wistoria, meski tipikal cerita shounen dengan alur yang relatif mudah ditebak, tetap layak ditonton. Premis yang umum dengan trope yang tidak kalah umum, berhasil dieksekusi dengan baik. Didukung visual yang relatif memukau dibandingkan anime di musim yang sama. Terakhir, bumbu-bumbu romance pada anime ini tambahan yang cukup untuk membuat ceritanya menarik bagi mereka yang suka mencari hubungan romance antar karakter.
.
Opini pribadi penulis:
MC kita dan orang yang dia sukai, Elfaria (seorang yang jago banget sihir, prodigi)
Suka, meski bisa dibilang ceritanya gampang ditebak dan umum banget, tapi emang penceritaannya bagus. Apalagi cewenya cakep-cakep, makin betah jadinya nonton. Oiya, ada sedikit vibes Danmachi juga, sih. Jika ingin melihat lebih jauh dan ‘menabrak-kan-nya’ pada dunia nyata, sebenarnya anime ini menunjukkan pada kita… se-tidak berbakatnya kita pada sesuatu, dengan tekad dan keberuntungan (punya koneksi yang tepat)… bisa mengantarkan pada keberhasilan, XD. Bisa kita lihat, meski Will tidak bisa sihir tapi dia punya koneksi dengan Elfaria, selaku ‘bucinan’nya, dia dipertimbangkan dan bisa masuk sekolah sihir. Pun, Will sebenarnya punya bakat di fisiknya. Gabung dengan kerja kerasanya, jadilah dirinya, MC.